Assalamualaikum wr.wb
Hak primer pendidikan
seorang anak berada ditangan kedua orang-tuanya. Sedangkan masyarakat
dan negara dalam hal pendidikan tersebut memiliki hak sekunder. Hal ini
secara implisit terkandung dalam Firman Allah: “Jagalah dirimu dan keluargamu-termasuk anak-anakmu dari siksa api neraka”. (At Tahrim: 6)
Secara implisit pula
ayat tersebut mengandung arti bahwa orang-tua pada umumnya diberi
kemampuan oleh Allah swt untuk mendidik anaknya. Dan orang tualah yang
menjadi faktor penentu apakah anak yang lahir fitrah itu akan di didik
beragama Yahudi, atau beragama Majusi, atau beragama Nasrani, ataukah
beragama Islam.
Sifat pendidikan dalam
keluarga adalah informal. Tanpa kurikulum, tanpa jadwal pelajaran
tertentu dan tanpa formalitas yang lazim terjadi pada jenis pendidikan
lainnya. Pendidikan berlangsung sepanjang waktu ketidak hadirin orang
tuapun proses pendidikan itu tetap berlangsung.
Pada pendidikan informal
tersebut terdapat tiga hal yang penting, yakni: suasana lingkungan
rumah tangga pada umumnya, corak hubungan antar anggota keluarga,
khususnya antara 0rang-tua dengan anak-anaknya, dan keteladanan.
Mengenai dua hal yang pertama Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut :
“Apabila Allah swt.
menghendaki sesuatu rumah tangga yang baik, maka diberikannya
kecenderungan mempelajari ilmu-ilmu agama (Islam); yang muda menghormati
yang tua; harmonis dalam kehidupan; hemat dan hidup sederhana;
menyadari cacat-cacat mereka dan kemudian melakukan taubat. Jika Allah
swt. menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkan-Nya mereka dalam
kesesatan”. (Hadist, riwayat Dailami, dari Anas)
Pendidikan informal
dalam keluarga ini mempunyai arti penting bagi perkembangan pribadi anak
karena beberapa faktor. Selain pendidikan dalam keluarga merupakan batu
pertama di masa peka yang sukar terhapus dari jiwa anak, pendidikan
dalam keluarga juga diberikan secara kontinyu sepanjang waktu, dan
didalamnya terkandung hubungan emosional yang lembut antara orang tua
dan anak, sehingga yang teukir pada jiwa anak tidak hanya kognisinya
melainkan keseluruhan pribadinya secara utuh.
Wassalamualaikum wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar